Probolinggo, Patroli Pos
Beberapa waktu ini Sosial media di guncang dengan ramai nya postingan dari berbagai macam platform Media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, TikTok dan lain lain, viralnya postingan Pacu Jalur atau Joki jalur seorang anak menari nari yang berada di depan perahu. Hingga banyak di belahan dunia dari berbagai macam kalangan menirukan gerakan pada saat menjadi Joki Jalur dan di posting di berbagai macam platform media sosial.
Video anak-anak yang menarikan tarian ini menjadi viral, menginspirasi banyak orang untuk membuat parodi dan mengagumi semangat yang terpancar. Istilah “Aura Farming” yang populer di kalangan Gen Z menggambarkan bagaimana gerakan ini meningkatkan semangat dan energi kemenangan.
Gerakan tarian pada “joki jalur” atau “tukang tari” dalam tradisi Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, bukan sekadar tarian biasa. Gerakan tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan perahu (jalur) agar tetap stabil saat berpacu di sungai. Selain itu, tarian ini juga berfungsi sebagai penyemangat bagi para pendayung, menciptakan ritme yang harmonis, dan menambah semangat juang tim.Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang gerakan dan fungsinya:
Menjaga Keseimbangan:
Tukang tari berdiri di ujung perahu dan bergerak dinamis, mengikuti irama dayungan dan ombak sungai. Gerakan ini membantu menyeimbangkan perahu yang panjang dan ramping, mencegahnya dari terbalik.
Memberikan Semangat:
Gerakan tari yang energik dan ekspresif, ditambah dengan sorak sorai, memberikan motivasi dan semangat bagi para pendayung.
Menciptakan Ritme:
Tukang tari membantu menjaga ritme dayungan yang selaras, sehingga perahu dapat melaju dengan kecepatan optimal.
Simbol Budaya:
Gerakan tari ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Pacu Jalur, sebuah warisan budaya yang telah ada sejak abad ke-17.
Pacu Jalur, atau juga dieja Pachu Jalugh dan Patjoe Djaloer, merupakan perlombaan mendayung perahu atau sampan panjang yang terbuat dari batang kayu utuh. Perahu khas ini berasal dari daerah Rantau Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, dan setiap tahunnya dilombakan di Sungai Batang Kuantan, Riau.
Lomba ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Pacu Jalur, sebuah acara tahunan terbesar di wilayah Teluk Kuantan. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan kini diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia.
Dalam sejarahnya, perahu ini juga digunakan para bangsawan untuk menyambut tamu kehormatan seperti raja atau sultan yang berkunjung ke wilayah Rantau Kuantan. Viralnya pacu jalur membuktikan bahwa kearifan lokal Riau punya daya pikat universal dan sanggup bersaing di kancah internasional. Fenomena ini juga menjadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budaya nya sendiri, Red**
Di kutip dari berbagai sumber